Kesiapan Masyarakat Tegalrejo Memanen Air Hujan
Yogyakarta,Tegalrejo - Air hujan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup namun sayangnya selama ini sangat jarang dimanfaatkan oleh manusia. Hal itu pula yang mendorong Kecamatan Tegalrejo melakukan pelatihan memanen air hujan bagi masyarakat peduli lingkungan yang diadakan pada akhir Juni yang lalu.
Tidak main-main, instruktur yang dihadirkan pun bukan sembarangan. Yang pertama adalah Dr.-Ing. Ir Agus Maryono seorang pakar hidrologi yang sekaligus penemu Gama Filter Rain ( Alat Panen Air Hujan ) dari UGM sekaligus dosen sekolah vokasi UGM. Yang kedua adalah Sri Wahyuningsih, salah satu penggerak Kenduri Banyu Udan yang sekaligus pendiri Komunitas Banyu Bening.
Menurut Agus Maryono, Kecamatan Tegalrejo merupakan kecamatan kedua di Indonesia yang memperhatikan dan memiliki kepedulian terhadap air hujan setelah Kecamatan Ternate Utara yang dikenal dengan gerakan Gemma Camtara ( Gerakan Menabung dan Memanen Air Hujan Kecamatan Ternate Utara ).
" Gerakan memanen air hujan bukan semata-mata hanya gerakan sporadis dan sesaat saja, melainkan sebuah perubahan perilaku bagaimana memperlakukan air hujan dengan lebih baik dan lebih beradab. Sebab bila tidak maka akan muncul beragam bencana, mulai bencana banjir, tanah longsor dan sebagainya. Selama ini terjadi kesalahan manajemen pengelolaan air hujan, dimana air hujan langsung dibuang melalui saluran air hujan menuju sungai. Dampaknya, sungai akan terbebani dan volume air akan meningkat sehingga menyebabkan banjir," jelas Agus Maryono dalam paparannya.
Ada beragam cara memanfaatkan air hujan, salah satunya menggunakan alat panen air hujan Gama Filter Rain. Alat ini bekerja dengan prinsip air hujan ditampung dalam sebuah tandon air yang diatasnya telah terpasang filter untuk memisahkan debu halus dan kotoran. Air hujan yang masuk ke tandon air bisa dipastikan sudah bersih dari kotoran, adapun kelebihan air hujan dapat langsung disalurkan ke sumur resapan.
Dengan demikian, ada dua manfaat yang dapat diperoleh dengan alat Gama Filter Rain ini, yaitu tersedianya air bersih yang tertampung dalam tandon air dan meningkatnya cadangan air tanah yang disimpan dalam sumur resapan. Bila tidak tersedia sumur resapan, dapat langsung dialirkan ke dalam sumur air tanah untuk menjaga debit air sumur.
Sementara, menurut Sri Wahyuningsih atau lebih akrab dipanggil Yu Ning, air hujan yang disimpan dalam tandon air dapat dimanfaatkan sebagai air minum rumah tangga setelah diproses menggunakan alat khusus.
" Dengan menggunakan proses elektrolisis, yaitu proses memisahkan senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) maka air hujan yang disimpan dalam tandon air dapat dipergunakan sebagai air minum. Bahkan air minum yang dihasilkan melalui proses elektrolisis memiliki ph basa yang lebih baik dibanding air biasa, " urai Yu Ning panjang lebar.
Dia menceritakan bahwa di Komunitas Banyu Bening yang dia dirikan sudah banyak yang belajar bagaimana memanfaatkan air hujan menjadi air minum. Karena dari berbagai penelitian, air hujan yang diproses melalui elektrolisa memiliki ph basa hingga diatas 8 yang setara dengan air alkali yang dijual di pasaran dengan harga yang mahal.
Di akhir acara, bersama dengan Camat Tegalrejo Ryanto Tri Noegroho, peserta pelatihan melakukan deklarasi kesiapan memanen dan menabung air hujan untuk melestarikan air di lingkungan Kecamatan Tegalrejo sekaligus praktek pembuatan alat panen air hujan Gama Filter Rain yang dipandu oleh Agus Maryono dan staf sekolah vokasi UGM.
Paska pelatihan, peserta dipandu oleh pihak vokasi UGM akan membuat alat panen air hujan yang akan ditempatkan di tempat fasilitas umum masing-masing RW se Kecamatan Tegalrejo. ( Kurniawan Sapta Margana )