Jadi Narasumber Workshop, Camat Tegalrejo ke Jakarta

Tegalrejo, Yogyakarta – Guna mendukung tematik kecamatan, beragam kegiatan konservasi air telah dilakukan oleh Kecamatan Tegalrejo. Mulai dari melaksanakan sarasehan konservasi air, pelatihan memanen air hujan, mengikuti Konggres Memanen Air Hujan Indonesia hingga melakukan kunjungan ke Glintung Malang guna belajar menabung dan memanen air.

Upaya kecamatan Tegalrejo melakukan konservasi air hasilnya terlihat dengan adanya kunjungan perwakilan dan staf Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia ke kecamatan Tegalrejo beberapa waktu yang lalu.

Pihak kementerian tertarik dengan program yang dilakukan oleh kecamatan Tegalrejo untuk mengurangi kerusakan perairan darat. Karena program konservasi air dan memanen air hujan akan mampu mempertahankan sumber air dalam tanah.

Melalui Direktorat Pengendalian Kerusakan Perairan Darat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia akan menjadikan kecamatan Tegalrejo pilot project Kampung Ramah Air Hujan.

Konsep yang diusung oleh kementerian dalam membuat Kampung Ramah Air Hujan di kecamatan Tegalrejo adalah Urun Daya, dengan melibatkan para pihak pendukung mulai akademisi, instansi maupun partisipasi masyarakat sekitar.

Sebagai salah satu persiapan pencanangan Kampung Ramah Air Hujan, maka pada hari Rabu – Kamis (18-19/9), Camat Tegalrejo Ryanto Tri Noegroho  mendapat undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia untuk menjadi salah satu narasumber workshop Kampung Ramah Air Hujan dan Sistem Informasi Manajemen Perlindungan Mata Air ( SIM PERMATA ).

Bersama narasumber lain yang berkompeten terkait dengan konservasi air, Ryanto Tri Noegroho memberikan paparan tentang upaya yang dilakukan kecamatan Tegalrejo dalam mempertahankan sumber air tanah.

“ Dari tematik kecamatan Tegalrejo, dapat dilihat adanya kepedulian Tegalrejo dalam mempertahankan dan melestarikan sumber daya alam. Mulai dengan program konservasi air, tanaman perkotaan berikut perikanannya melalui ternak lele cendol hingga pengolahan sampah.

Ke depan kami akan coba memanfaatkan cahaya matahari sebagai salah satu sumber energi baru dan terbarukan berdasarkan hasil kunjungan kami ke ponpes Wali Barokah Kediri,” papar Ryanto.

Khususnya konservasi air hujan selain pemasangan alat panen air hujan, Tegalrejo juga mendorong adanya biopori jumbo di beberapa titik dan mensyaratkan pembuatan biopori jumbo saat ada mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Tegalrejo.

Rupanya apa yang dipaparkan oleh Camat Tegalrejo sangat menarik  Direktur Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Sakti Hadengganan.

“ Paparan Camat Tegalrejo sangat menarik, terutama bagaimana membuat masyarakat yang notabene masuk wilayah perkotaan masih mampu dan mau melakukan swadaya. Ini yang perlu jadi perhatian agar setelah pencanangan Kampung Ramah Air Hujan di Tegalrejo yang berkonsep Urun Daya, tingkat partisipasi masyarakat dalam melalukan konsevasi air makin meningkat,” pesan Sakti.

Para peserta yang merupakan internal  pihak KLHK dan para kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) se Indonesia pun sangat mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan oleh kecamatan Tegalrejo dalam melakukan konservasi air. ( Kurniawan Sapta )