Tegalrejo Menambah Wawasan Pengelolaan SDA ke Ponpes Wali Barokah
Tegalrejo,Yogyakarta - Pondok pesantren Wali Barokah Kediri terletak di Desa Burengan Kediri Jawa Timur. Ponpes tersebut didirikan atas gagasan KH. Nurhasan Al Ubaidah bin KH Abdul Aziz yang ingin menyiarkan agama Islam secara murni, mukhlis berpedoman kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadis.
Lalu, hal apa yang menarik di ponpes tersebut? Ternyata ponpes Wali Barokah Kediri bukanlah sebuah ponpes biasa saja. Mereka ternyata telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ( PLTS ) di lingkungan ponpes dengan investasi yang sungguh luar biasa, yaitu sekitar 10 milyar rupiah.
Sementara jumlah tenaga yang dihasilkan mencapai sekitar 220 ribu watt setiap harinya. Instalasi PLTS yang dibangun pun berukuran sangat besar, yaitu berukuran 40 m x 41 m dengan jumlah panel surya mencapai sekitar 640 panel kelas premium buatan Kanada.
Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo, alasan utama pembangunan PLTS ini adalah karena selama ini penerangan dan kebutuhan listrik lingkungan pondok masih bergantung pasokan listrik dari PLN.
Akibatnya, beban biaya listrik semakin meningkat seiring besarnya penggunaan listrik.
“ Pembangunan PLTS di ponpes Wali Barokah Kediri merupakan bentuk penerapan Energi Baru yang Terbarukan (EBT), kemandirian energi dan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT yang memberikan anugerah cahaya matahari yang luar biasa,” ujar Prasetyo.
Hal tersebut pula yang mendorong Kecamatan Tegalrejo melakukan kunjungan ke ponpes Wali Barokah Kediri pada hari Sabtu (14/9). Bersama dengan ketua LPMK se Kecamatan, Camat Tegalrejo meninjau langsung lokasi PLTS di ponpes Wali Barokah Kediri.
“ Tujuan kami melakukan perjalanan hingga ke Kediri tidak lain sebagai upaya memperluas dan memperkaya pengetahuan kami bagaimana memanfaatkan sumber daya alam. Setelah sebelumnya melakukan upaya konservasi air, dilanjutkan dengan pengelolaan sampah dan sekarang bagaimana memanfaatkan cahaya matahari menjadi energi, “ kata Camat Tegalrejo, Ryanto Tri Noegroho.
Menurut Haryanto sebagai ketua LPMK Kricak bahwa pemanfaatan cahaya matahari menjadi tenaga listrik memang membutuhkan investasi besar dan mahal.
“ Pemanfaatan cahaya matahari menjadi tenaga listrik memang membutuhkan nilai investasi yang besar, belum terkait dengan pemeliharaannya. Kita harus siapkan dahulu sumber daya manusianya agar bila tiba saatnya, masyarakat akan mampu mengelola dan memanfaatkannya, “ ujar Haryanto.
Selama di ponpes Wali Barokah, rombongan diajak melihat cara kerja dari PLTS berikut sistem kontrol dan pengawasan sistem PLTS tersebut. ( Kurniawan Sapta )