Gandeng PIAT, Tegalrejo Siap Lakukan Konservasi SDA
Tegalrejo, Yogyakarta - Sampah plastik merupakan sampah yang paling susah untuk dihancurkan. Butuh waktu puluhan tahun agar sampah plastik dapat hancur dan terurai. Sehingga perlu beragam cara untuk dapat mengurai sampah plastik ini, mulai dari memanfaatkan menjadi barang daur ulang, menjadi kerajinan hingga akhirnya harus dibakar.
Untuk proses pembakaran sampah plastik pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu ada proses khusus agar asap dan bau yang ditimbulkan tidak mencemari lingkungan.
Salah satu cara memanfaatkan sampah plastik adalah dengan mengolahnya menjadi batako atau paving. Hal ini lah yang kemudian membuat Tegalrejo berkenalan dengan PIAT UGM.
Apa itu PIAT? PIAT merupakan kepanjangan dari Pusat Inovasi Agro Teknologi milik UGM untuk menjawab tantangan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 yang lalu. Dimana salah satu bidangnya adalah bidang konservasi sumber daya alam berkelanjutan.
Dan pada hari Kamis (5/9) Camat Tegalrejo bersama LPMK se Kecamatan Tegalrejo melakukan kunjungan langsung ke PIAT UGM. Hal ini dilakukan untuk melihat langsung pengolahan sampah organik dan anorganik. Ternyata, banyak sekali produk yang telah dihasilkan oleh PIAT namun masih dalam skala kecil.
“ Kami menyadari bahwa harus ada langkah kongkrit dalam melakukan konservasi sumber daya alam berkelanjutan. Kecamatan Tegalrejo sudah mengawali dengan melakukan konservasi air melalui gerakan memanen air hujan sebagai salah satu sumber air bersih, menabung air menggunakan biopori jumbo dan lain-lain. Selanjutnya bagaimana pengelolaan sampahnya, terutama sampah plastik.
Untuk itu kami mencoba melakukan kerjasama dengan PIAT UGM dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sampah plastik. Dimana salah satu produk sampah plastik hasil olahan menggunakan teknologi PIAT adalah batako/paving, “ terang Camat Tegalrejo Ryanto Tri Noegroho.
Batako/Paving dari Sampah Plastik
Terdapat beragam mesin dan teknik pengolahan sampah di sebuah lokasi bernama RINDU ( Rumah Inovasi Daur Ulang ). Dengan hasil akhir antara lain minyak sebagai bahan bakar, pupuk organik hasil pengkomposan daun,kotoran sapi, dan ayam.
Chandra Wahyu Purnomo, pengelola PIAT yang sekaligus dosen Teknik Kimia UGM mengatakan bahwa kunjungan dari kecamatan Tegalrejo semoga dapat memberikan manfaat dan berdaya guna bagi masyarakat Tegalrejo.
“ Kami sangat mendukung program pemerintah, terutama pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan. Salah satumya yang dilakukan oleh kecamatan Tegalrejo dengan program konservasi air dan pengolahan sampah.
Melalui fasilitas di RINDU ini kami selalu melakukan inovasi produk maupun sistem pengolahan sampah organik dan anorganik. Salah satu yang masih kami lakukan penelitiannya adalah pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dan batako/paving,” ujar Chandra.
Proses pengolahan sampah plastik menjadi batako/paving dengan mencampurkan pasir dan plastik untuk kemudian dibakar dalam suhu tinggi hingga meleleh. Selanjutnya dituangkan dalam cetakan batako/paving yang telah ada.
Menurut ketua LPMK Karangwaru Subandono, teknologi pengolahan sampah plastik menjadi batako/paving merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.
“ Kami akan mulai membuat perencanaan anggaran dan perhitungan teknis dan biayanya bila memanfaatkan sampah plastik menjadi batako/paving. Sehingga pada saatnya nanti, kami mampu mengolah sampah plastik menjadi produk seperti batako/paving tersebut. Mengingat, untuk mengolahnya membutuhkan api yang cukup besar berikut dampak asap akibat pengolahan sampah menjadi batako/paving ini serta kemungkinan biaya operasional alatnya, “ kata Subandono. ( Kurniawan Sapta )